Sulaiman, Balqis dan Hud-hud
Memimpin Barisan
Burung-burung keluar, binatang-binatang berdiri dalam barisan, para jin berjajar dalam barisan yang rapi, dan pemimpin manusia mengatur tentaranya di sebuah tempat yang khusus bagi mereka. Semua menunggu kedatangan raja dan nabi Sulaiman bin Dawud yang akan keluar menemui mereka. Sulaiman pun keluar. Saat ia melihat bala tentaranya, ia teringat akan doanya kepada Alloh, “Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun sesudahku.”
Sulaiman berjalan di bagian depan pasukan dikelilingi para komandan dari masing-masing jenis makhluk, komandan manusia, jin, burung, binatang buas, dan lain sebagainya. Burung Nasar menjadi komandan semua burung, sedangkan singa menjadi komandan seluruh binatang buas. Tiba-tiba Sulaiman mendengar suara sayup berseru, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” Itu suara semut yang melihat pasukan Nabi Sulaiman datang. Ia menyeru saudara-saudaranya sesama semut untuk masuk ke dalam sarang mereka agar pasukan semut tidak mati diinjak tapak kaki pasukan yang gagah berani itu, yang tidak melihat mereka.
Kabar Hud-hud
Nabi Alloh, Sulaiman, mencari Hud-hud. Sesungguhnya, Hud-hud adalah burung penunjuk menuju sumber air. Sebab, Alloh Ta’ala telah menciptakannya dengan mata yang dapat melihat sumber air yang ada di dalam perut bumi dan dapat mematukkan parunya yang panjang ke dalam pasir untuk mencari air. Sayangnya Sulaiman tidak menemukan Hud-hud. Ia bertanya heran, “Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir?” Sulaiman marah karena Hud-hud tidak hadir tanpa izin. Hingga tak lama kemudian Hud-hud datang. Sulaiman menatap Hud-hud dengan marah. Ia menarik kepalanya, kemudian berkata kepadanya, “Dari mana saja kamu?”
Hud-hud menjawab, “Tunggu dulu, wahai Nabi Alloh. Aku mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui.”
“Apa yang kamu ketahui?” Tanya sang nabi.
“Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ dengan membawa sebuah berita yang meyakinkan.”
“Berita apa itu?”
“Aku mendapati seorang wanita yang menjadi ratu suatu kaum. Ia memiliki singgasana besar yang didudukinya. Aku melihat dia dan kaumnya menyembah matahari. Aku melihat mereka sebagai orang-orang kafir yang tidak menyembah Alloh, tetapi menyembah sesuatu dari makhluk-Nya.”
Sulaiman berkata kepada Hudhud, “Bawalah suratku ini kemudian jatuhkan kepada mereka. Setelah itu, menjauhlah dari mereka, dan lihat apa reaksi mereka.”
Setelah Balqis menerima surat Nabi Sulaiman. Ia mengumpulkan para menteri dan orang-orang dekatnya yang terdiri dari para pakar dan penasihat. Ia hendak memberitahukan surat yang mengagumkan itu kepada mereka. Setelah mereka berkumpul, Balqis berkata, “Wahai para pembesar! Sesungguhnya, telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya, surat itu dari Sulaiman yang isinya, ‘Dengan nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.’ Wahai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam perkaraku ini. Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kalian hadir dalam majelisku.”
Mereka menjawab, “Kita adalah orang-orang kuat dan kita memiliki pasukan yang besar. Marilah kita memerangi Sulaiman. Akan tetapi, keputusan ada di tanganmu. Maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan.”
Balqis berpikir sejenak kemudian berkata, “Sesungguhnya, raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina, dan demikian yang akan mereka perbuat.” Balqis menilai bahwa peperangan akan mendatangkan banyak kerugian bagi kerajaannya. Sulaiman yang mengirim surat melalui seekor burung pastilah seorang raja yang memiliki pasukan besar. Selain itu, ia juga seorang wanita yang tidak menyukai pertumpahan darah dan peperangan. Balqis menutup perkataannya, “Aku akan mengirim utusan dengan membawa hadiah kepada Sulaiman. Aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan yang akan aku kirimkan kepada mereka itu.”
Balqis memanggil menterinya, “Aku akan mengutusmu kepada Sulaiman dengan membawa hadiah yang besar. Ada emas, harta, parfum, budak, mahkota yang bertahtakan mutiara, serta batu-batu emas dan perak. Aku akan memberimu sebuah wadah berisi misik terbuat dari gading yang tertutup rapat.”
Utusan negeri Saba’ menghadap Sulaiman sambil terkagum-kagum. Ia menyampaikan surat Balqis kepada Sulaiman, kemudian duduk memerhatikan keindahan istana raja yang agung ini. Utusan negeri Saba’ menyerahkan hadiah, namun Sulaiman menolak semua hadiah Ratu Balqis. Sulaiman memberikan peringatan kepada utusan Ratu Balqis, ia mengatakan, “Kembalilah kepada ratu dan negerimu. Sungguh, kami pasti akan mendatangi kalian dengan bala tentara yang tidak mampu kalian lawan.
Rombongan utusan Balqis kembali ke negeri Saba’ masih dalam keadaan tidak percaya dengan semua yang telah mereka lihat. Tapi, itu semua nyata dan bukan khayalan belaka. Utusan tersebut menemui ratu dan menceritakan semua keagungan, keindahan, dan hal-hal aneh lainnya yang telah mereka lihat. Ratu Balqis tiba-tiba mengulum kedua bibirnya seraya mengatakan, “Dia seorang nabi dan kita tidak memiliki kekuatan untuk memerangi mereka. Kita akan pergi ke sana dalam keadaan beriman.” Iring-iringan kerajaan bersiap keluar dari Saba’ untuk menemui raja sekaligus nabi, Sulaiman ‘alaihissalam.
Balqis menatap singgasananya yang agung sembari mengusapnya, kemudian, ia memerintahkan pengawalnya untuk membawa singgasana itu ke sebuah tempat yang aman. Para lelaki yang kuat dan kekar pun datang untuk membawa singgasana tersebut, sementara hatinya khawatir kalau-kalau singgasanannya itu jatuh atau membentur salah satu tiang istana. Mereka memasukkan singgasana itu dengan aman ke sebuah tempat yang hanya diketahui oleh mereka dan ratu. Ratu Balqis mengunci semua pintu menuju ke singgasana tersebut dan menjadikan pintu-pintu itu berlapis-lapis.
Sulaiman berkata, “Wahai para pembesar, siapakah di antara kalian yang mampu mendatangkan singgasana Balqis sebelum mereka sampai di hadapanku?”
Ifrit yang cerdik dari kalangan jin berkata, “Aku akan mendatangkannya kepadamu sebelum engkau beranjak dari tempat dudukmu. Sungguh, aku benar-benar kuat lagi bisa dipercaya.”
Hampir saja Sulaiman memerintahkan Ifrit pergi ke Saba’ untuk mengambil singgasana yang agung itu. Namun, tiba-tiba muncullah suara seorang menterinya yang mukmin yang hafal nama Alloh yang Agung, jika nama ini disebut dalam doa, niscaya Alloh akan mengabulkannya. Ia adalah Ashif bin Barkhiya, seorang alim yang saleh. Ia berkata, “Wahai Nabi Alloh, aku sanggup mendatangkan singgasana itu kepadamu sebelum kamu mengedipkan matamu (yakni, dalam sekejap).” Benarlah apa yang dikatakan menterinya itu. Singgasana Balqis benar-benar telah dipindahkan tepat di hadapan Sulaiman.
Balqis Berislam
Tak berapa lama Balqis datang. Nabi Sulaiman menyambutnya dengan senyum dan tawa. Balqis masih tercengang dengan pemandangan menakjubkan yang ada di sekitarnya. Setelah lama berkeliling melihat-lihat keindahan istana, mereka sampai di tempat tersimpannya singgasana Balqis yang sudah sedikit diubah. Sulaiman membuka pintu dan masuk. Balqis ikut masuk mengiringinya. Balqis menatap singgasana itu, kemudian Sulaiman bertanya kepadanya, “Apakah seperti ini singgasanamu?”
Balqis kemudian menjawab dengan sangat cerdas, “Singgasana ini seakan-akan mirip sekali dengan singgasanaku.”
“Itu memang singgasanamu, wahai Balqis. Kami mendatangkannya dari istanamu dalam sekejap mata.” Jawab Sulaiman. Balqis takjub akan kekuasaan Alloh dan kekuatan yang Dia berikan kepada Sulaiman.
Hingga sampailah pada sebuah istana kaca, ketika ia melihat air mengalir, ia mengira kakinya akan basah. Ia tidak tahu kalau istana tersebut terbuat dari kaca. Sulaiman berkata kepada Balqis sambil tersenyum, “Sesungguhnya, ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca.” Tidak ada pilihan lain bagi Balqis, kecuali harus percaya akan kekuasaan Alloh Ta’ala dan tidak lagi menyembah matahari yang telah diwarisi dari nenek moyang.
Balqis akhirnya memohon ampun dan bertaubat kepada Alloh. Sulaiman bersyukur kepada Alloh Ta’ala yang telah memberikan petunjuk kepada seorang ratu bersama rakyatnya melalui dirinya.
Ikut Partisipasi Mendukung Program, Salurkan Donasi Anda di Sini!