YAYASAN MUTIARA SURGA

TERNYATA… TERLALU BANYAK NIKMAT YANG KITA INGKARI

Bagikan :

Jika kita mengingat nikmat Alloh SWT, maka tidak akan pernah kita bisa menghitungnya. Secanggih dan semodern apapun piranti yang kita gunakan, tetap saja tidak mampu mengkalkulasi nikmat Alloh kepada hamba-Nya. Sampai seandainya kita mengumpulkan jumlah pasir di muka bumi, atau menjadikan air tujuh lautan sebagai tinta untuk menulis nikmat Alloh SWT,, niscaya tidak akan pernah bisa menghitungnya.  Maha Suci Alloh SWT yang tidak terbatas nikmat-nikmat-Nya.

Akan tetapi manusia seringkali lalai dengan selaksa nikmat tersebut. Kebanyakan mereka memaknai nikmat hanya sebatas kekayaan, jabatan atau wanita saja. Oleh karena itu kita dapati banyak sekali manusia yang kufur atau mengingkari nikmat Alloh SWT. Hanya orang yang dirahmati Alloh SWT saja yang pandai bersyukur terhdap nikmat Alloh SWT.

Bentuk-Bentuk Nikmat Alloh SWT yang Seringkali Kita Ingkari

Berikut ini beberapa ragam nikmat yang seringkali kita ingkari.

Nikmat anggota badan.

Tidak usah jauh-jauh kita menghitung nikmat Alloh SWT. Di dalam diri kita terdapat jutaan bahkan milyaran lebih nikmat Alloh SWT yang sering kita lupakan. Pernahkah kita menghitung jumlah detakan jantung dan hembusan nafas kita? Pernahkah kita sejenak menghitung berapa milyar harga anggota tubuh kita jika seandainya dinilai dengan uang? Atau berapa rupiah seandainya oksigen yang kita hirup dinilai dengan uang? Subhanallah, semuanya tidak bisa kita sebutkan. Maha Suci Alloh SWT yang berfirman:

“Dan pada diri kalian sendiri. Maka apakah kalian tidak memperhatikan?” (QS. Adz Dzariyat [51]:21)

Sayangnya banyak sekali nikmat anggota badan tersebut kita lalaikan. Mata yang seharusnya digunakan untuk membaca al-Qur’an atau melihat keagungan ciptaan Alloh SWT justru kita gunakan untuk maksiat seperti melihat aurat yang dilarang. Lidah yang seharusnya berdzikir, justru kita gunakan menggibah dan mencibir. Akal yang seharusnya memahami syariat, justru selalu menentang dan mendebat. Kegagahan dan kecantikan yang selazimnya modal besar untuk menikah dan berketurunan, justru seringkali menjadi sarana perzinaan. Naudzubillahi mindzalika.

Nikmat kesehatan dan waktu luang.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ  قَالَ قَالَ النَّبِيُّ  نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Dari Ibnu Abbas RA, dia berkata: Nabi  SAW bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari, no: 5933)

Kesehatan dan waktu luang adalah dua nikmat yang paling banyak disia-siakan manusia. Ketika kita sakit atau mengunjungi orang sakit, kita baru sadar betapa nikmat dan berharganya kesehatan itu. Kita pun tak pernah mau jika salah satu anggota badan kita ditukar dengan uang meski sebanyak apapun. Selain kesehatan, waktu luang adalah nikmat lain yang seringkali kita sia-siakan. Kita baru sadar bahwa waktu lima menit terlalu berharga ketika kita mungkin ketinggalan pesawat atau kereta. Kita juga baru sadar bahwa masa muda itu penuh talenta saat kita mencapai masa tua renta yang tak sanggup berbuat apa-apa. Oleh karena itu maksimalkan dua nikmat tersebut.

Nikmat harta

Harta adalah nikmat yang seringkali berujung petaka. Karena harta banyak orang kufur dan jumawa. Karena harta pula banyak orang lupa dengan akhiratnya. Sifat kikir dan bakhil biasanya muncul bukan karena tidak punya harta. Justru sebaliknya, kikir dan bakhil seringkali tumbuh subur pada mereka yang memang bergelimang dengan harta.

Seseorang dikatakan kufur terhadap nikmat harta ketika tidak menggunakan hartanya di jalan Alloh SWT. Begitu juga ketika enggan mengeluarkan zakat, infak dan sedekahnya. Berapa banyak pemilik harta, konglomerat, jutawan di negeri ini lupa dengan hak-hak harta tersebut? Jangankan infak atau sedekah, membayar zakat wajib saja nyaris tidak pernah ditunaikan dalam hidupnya. Allohu al-Musta’an.

Nikmat Islam dan Al-Qur’an

Hidayah Islam dan Al Qur’an merupakan nikmat terbesar bagi umat manusia. Nikmat keduanya tidak sebanding dengan nikmat apapun di dunia ini. Namun sayangnya banyak diantara kita menyia-nyiakan nikmat Islam. Betapa banyak orang yang Alloh SWT telah karunia hidayah Islam kemudian murtad hanya gara-gara pasangan hidup, jabatan, uang atau bahkan beberapa kardus sembako.

 Begitu juga dengan nikmat Al-Qur’an, banyak diantara kita sendiri masih menyia-nyiakannya. Berbeda dengan para sahabat dan tabiin. Karena mereka sangat paham betul bahwa al-Qur’an adalah nikmat, maka hari-hari mereka sibuk dengan menghafal, membaca, mempelajari, mengamalkan bahkan mendakwahkan Al-Qur’an. Sedangkan kita, sudahkan kita juga demikian?

Nikmat alam semesta

Pernahkan Anda meminta nikmat cahaya matahari, oksigen, angin, awan, dan tetumbuhan kepada Alloh SWT? Pernahkan Anda membayangkan hidup di planet selain di bumi ini seperti di Pluto, Yupiter, Saturnus atau planet lainnya? Mungkin Anda baru tersadar bahwa hidup di bumi yang kita pijak ini luar biasa nikmatnya saat mengetahui bahwa selain di bumi sangat sulit bagi makhluk hidup bertahan hidup.

Pembaca yang dirahmati Alloh SWT … Apa yang disebutkan di atas hanyalah setetes dari samudera nikmat Alloh SWT di dunia ini. Terlalu banyak untuk kita sebutkan ragam nikmat Alloh SWT kepada hamba-Nya. “Alhamdulillah” dzikir itulah yang seharusnya menghiasi hati dan bibir kita di setiap ruang dan waktu. Maha suci Alloh SWT yang berfirman:

“Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Alloh, niscaya kalian tidak dapat menghitung jumlahnya. Sesungguhnya Alloh benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  (QS. an-Nahl [27]: 18)

Negeri Pun Hancur Jika Penduduknya Tak Pandai Bersyukur

Kehancuran negeri bukan semata-mata karena ambruknya sistem perekomiannya. Kekekufuran suatu bangsa justru seringkali menjadikan kehancuran pada bangsa tersebut. Tentu tidak asing lagi di telinga kita akan kisah negeri Saba’(Yaman) yang Alloh SWT sifati dengan baldatun thoyibatun wa robbun ghofur”. Yaitu negeri yang makmur dan penduduknya diampuni Alloh SWT . Akan tetapi, tatkala mereka mengingkari nikmat Alloh SWT , maka dicabutlah kemakmuran dalam negeri mereka. [lihat tafsir surat Saba’ ayat 15-17]

Oleh karena itu, kunci meraih kemakmuran sebuah negeri adalah dengan beriman dan bertakwa: Alloh SWT berfirman: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS.Al-A’rof [7]: 96)

Jangan sampai umat Islam berperilaku seperti kaum Saba’ atau Bani Isroil. Bani Isroil merupakan bangsa yang dimuliakan Alloh SWT dengan kenabian, dibebaskan dari kezholiman Fir’aun, diselamatkan dari padang Tih, diberikan rezeki berupa Manna dan Salwa. Tapi mereka tidak bersyukur dan qonaah. Bahkan Meraka tidak malu-malu memprotes nabi Musa AS dengan bekata: “lan nashbiro ‘ala tho’amin wahid/ kami tidak pernah sabar dengan satu jenis makanan saja.” Hal tersebut disebabkan karena kekufurannya terhadap nikmat Alloh SWT akhirnya mereka menjadi bangsa yang dikutuk oleh Alloh SWT.

Nikmat Mana Lagi Yang Kita Dustakan?

Malu, bahkan sangat malu ketika kita mau merenungi ayat Alloh SWT berikut ini.

“Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kalian dustakan?” (QS. Ar-Rohman [55]: 13)

Ayat tersebut diulang hingga 31 kali dalam satu surat, yaitu surat ar Rohman. Sungguh tidak lain dan tidak bukan karena pentingnya merenungi keagungan ayat tersebut. Satu hal yang sangat keterlaluan jika kita tidak pandai bersyukur dengan nikmat-nikmat Alloh SWT kepada kita. Rasanya sangat kerdil, bahkan naif sekali saat hati, bibir bahkan anggota badan kita enggan bersyukur kepada Alloh SWT. Bukankah selaksa nikmat Alloh SWT tidak pernah berhenti sedetikpun kepada kita? Lantas, alasan apa diri kita enggan dan malas bersyukur..!! Semoga Alloh SWT jadikan kita hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur. Amin, wallohu ta’ala a’lam…

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ, آمِنًا فِي سِرْبِهِ, عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ, فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barangsiapa di antara kalian masuk pada waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman pada keluarganya, dia memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya.” (HR. Ibnu Majah, no: 4141; dan lain-lain; dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir, no: 5918)

Leave a Reply